selama 5 tahun mengabdi, banyak hal yang mengajarkan ku untuk lebih sabar, lebih dewasa, dan lebih memahami bagaimana cara mengahadapi beberapa karakter anak maupun orang tua. ternyata waktu 5 tahun belum cukup untuk masuk dalam kategori lama, ibaratnya hanya sebiji jagung pengalaman yang baru ku dapat.
5 tahun kebelakang alhamdulillah tak pernah sama sekali ada wali santri yang menghubungi ku untuk memberi solusi bagaimana cara mendidik atau menasehati anak. Biasanya mereka hanya meminta tolong ini-itu atau menanyakan kabar anak-anak di kelas maupun di luar kelas. seakan mereka telah menyerahkan dan mempercayai bagaimana pun cara aku mendidik anak-anaknya.
tapi tidak untuk tahun ajaran ini, tadi pagi aku sedikit kaget dengan teguran walisantri, aku sangat paham niat beliau adalah menasehati walau terkadang ada konteks kalimat yang sedikit menyalah-nyalahi. aku mendengarkan sepenuhnya dan meminta maaf tanpa mengklarifikasi maksudku. ku kira itu tidak perlu dalam keadaan beliau yang sedang menasehati, karena sebuah pembelaan hanya akan memperburuk suasana. bukan begitu?
aku juga sangat menghargai sikap beliau yang menegur dan menghubungi ku secara personal dari pada membahas nya di forum yang tidak ada aku di dalamnya. setelah itu aku dengan sangat hati-hati meminta maaf di group atas segala sikap atau cara ku yang salah dan sangat menyayangkan kalau ada walisantri yang membuka forum sendiri, karena hal itu tidak akan memberi solusi malah akan menambah kesalah pahaman yang, mungkin selama ini orang tua hanya mendengarkan cerita sepihak. setelah postingan itu hanya ada dua orangtua yang merespon. aku jadi paham, kali ini ada 2 karakter walisantri yang sedang ku hadapi. sebagian adalah orang tua yang sangat aware dalam hal ini dan sebagian lagi telah mempercayaiku untuk mendidik anak-anaknya.
sebenarnya masalahnya adalah pada perubahan sikap ku ke anak-anak, ku kira hal ini akan sama berhasilnya dengan tahun lalu. tapi ternyata malah bertolak belakang. Aku dikenal sebagai guru yang galak, cerewet, bawel dan sedikit "receh" (suka bercanda haha) lalu tiba-tiba menjadi asing, gak asik dan lebih banyak diam. harapan ku dengan perubahan sikap ini adalah mereka bisa lebih menghargai orang lain, bahwa ketika masih ada orang yang menasehati, cerewet, bawel berarti tandanya ia sayang dan peduli, artinya sikap itu lebih baik dari pada di diam kan. tapi didiamkan disini bukan berarti aku tidak peduli, aku masih memanggil anak yang pulang lama dan memberikan nya jam belajar tambahan, atau mencari tahu anak-anak yang sakit dari data pasien di klinik. namun ternyata anak-anak tahun ini belum cukup dewasa untuk memahaminya. Jadi, aku lah yang harus menyesuaikannya. lagi pula ini memang kesalahan ku karena telalu lama dan menunda-nunda untuk menjelaskan maksudku tentang perubahan sikap ku pada mereka. padahal mereka sudah terlihat tidak paham dengan tidak ada perubahan ke hal yang lebih baik, seperti lebih rajin, lebih bisa diandalkan dalam hal piket, atau kesadaran menjalani hukuman setelah telat kembali ke pondok.
aku bersyukur anak-anak tahun lalu memahami maksud ku dan hingga saat ini kami tetap berhubungan baik, seperti curhat atau hanya sekedar menyapa saat berpapasan atau pun melihat dari jarak jauh dan terkadang masih ada saja yang "glendotan" -___-. aku tidak akan membedakan antara keduanya, anak-anak didik ku kapan pun itu tetaplah mereka yang mewarnai masa pengabdian ku. Terimakasih ya Allah atas teguran kali ini, bahwa aku harus terus belajar kepada guru-guru senior atau lebih banyak lagi membaca buku-buku tentang edukasi.
Comments
Post a Comment