awal mula berorganisasi yaitu di Missi, menjadi bagian dari pada tim penulis majalah sekolah, meliput, mengumpulkan artikel, bagi tugas, kejar deadline, sampai rapat jam 1 malam. menulis adalah salah satu kegiatan yang paling aku suka di pesantren.
di beberapa kesempatan berorganisasi alhamdulillah aku terpilih menjadi ketua meskipun tak luput dari banyak keegoisan dan kesalahan, hal itu yang membentuk karakter ku menjadi orang yang berani mengambil kemputusan dan tidak ragu-ragu.
pengalaman pertama jadi ketua ya di Missi, organisasi kecil yang terdiri dari 10 teman sebaya dan 10 adik kelas. lalu menjadi wakil membershow, kedua kalinya mengurus acara besar di pesantren setelah pergarus, bedanya di pergarus aku menjadi muker yang lebih fokus di tim dekor dan acara, aku memang banyak ngatur sekali dulu (bahkan sampai sekarang hihi) tapi kalau nggak gitu membershow perdana di gsg tahun 2011 tidak akan memuaskan seperti hasil pada akhirnya kan? terimakasih atas kerja samanya teman-teman haha kangen...
setelah itu di perpus, masih mengetuai 7 anak yang suka baca tapi pecicilan. segala sesuatunya aku yang memutuskan diakhir, meskipun kita sudah bermusyawarah sebelumnya. bahkan perpus putra pun terkadang manut saja dengan keputusan ku ketika mengurus seminar, sebenarnya aku menyesal karena setelah itu dijuluki galak -_-
berlanjut setelah menjadi bagian perpustakaan, tahun 2012 aku lulus dan mulai mengabdi di pesantren yang sama, organisasinya pun, Missi dan perpustakaan. kurang lebih 5 tahun aku membimbing bagian perpus dan majalah Missi, sendirian ( khusus putri) kalo pun ada yang membantu, keputusan selalu di serahkan kepadaku lagi. bertahun-tahun seperti itu. kadang aku berfikir, apasih tugas ketua itu? turun mengurus semuanya kah? memastikan semua program kerja terlaksana kah? mengontrol kegiatan anggota kah? dan memutuskan hasil musyawarah? bukan begitu?
dampaknya adalah terkadang aku sangat berani memberi pendapat atau mengusulkan ide lain di organisasi-organisasi yang aku selami sekarang. bedanya, ada banyak orang yang dituakan dan memiliki pengalaman lebih. hal itu membuatku segan untuk berkata, awalnya seperti itu, pada akhirnya aku kembali lagi menjadi melinda yang dulu, namun setelah berpendapat akan ada penyesalan dan pemikiran yang melintas "tadi gue sopan nggak ya nyampein nya?"
dan dipertengahan tahun ini aku harus meninggalkan perpus meskipun masih mengisi kelas menulis untuk anak-anak Missi. Pengalaman baru aku dapatkan di Language Center, bahwasannya kerja sendiri terkadang lebih cepat namun melelahkan, aku jadi belajar untuk sabar menunggu keputusan yang lain, aku jadi belajar lebih banyak tentang musyawaroh dan rapat-rapat yang tak pernah ada habisnya haha. ku akui, menjadi pembimbing sendirian itu lebih enak, lebih cepat, lebih jelas apa yang harus dikerjakan, dan jauh dari kata mengandalkan orang lain. tapi aku berfikir, sampai kapan mengurus itu sendirian, sampai kapan mengambil keputusan lagi dan lagi dan itu yang menyebabkan karakter ku sedikit egois hihi sedikit ya gak banyak (please percaya!)
aku sadar kali ini aku bareng-bareng dan nggak sendirian, aku pun sadar bahwasannya aku harus bisa menerima seseorang, dua orang, bahkan lebih, bekerjasama dan sama kerja bukan menjadi egois dan saling mengandalkan. tapi kalo boleh jujur aku ngerasa i have not power in language, aku belum menguasainya, aku belum matang, aku belum ada pengalaman apa-apa, rasanya samar aja, gak ada sedikit pun clue yang aku dapatkan dan bingung harus ngapain awalnya, namun setelah 4 bulan lamanya menjabat sebagai pembimbing bahasa aku sedikit memahami program kerja mereka dan apa saja yang harus dipersiapkan maupun direncanakan ke depan. i have no idea, makanya aku jarang komentar masalah acara, takut salah karena memang gak punya pengalaman. so far aku betah jadi bagian dari language center yang orang-orangnya pintar tapi gak kaku. bimbing anak kecil ini yak kaka-kaka haha...
mungkin beberapa orang yang baru kenal akan kesal dengan karakterku yang "galak" atau jutek, but for sure aku senang bercanda loh hihi, terkadang karakter itu tercipta dari kebiasaan, lingkungan dan tuntutan, dari situ juga aku mulai memahami karakter orang lain tanpa harus menjudge atau nyinyir hanya karena karakter dan pandangan kami berbeda. begitu juga dalam menjalin hubungan, entah itu pertemanan, bisnis, kolega, pun asmara, aciyeehh...
intinya adalah kalau kamu nggak bisa memahami karakter lingkungan sekitar, maka terima saja karakter mereka, insya Allah kita akan merasa nyaman bersosialisasi dengan siapapun, begitu pun sebaliknya.
that's all yang mau aku ceritakan hari ini, semoga besok ada cerita lain yang bisa dibagi ya, bye...
Comments
Post a Comment