Pernah nggak sih kalian merasa dikerjain dengan modus mengajak kerjasama, contoh kecilnya waktu kuliah. Kalau sekelompok sama laki-laki, selalu saja mereka tidak bisa diandalkan meskipun cuma beberapa tapi kebanyakan dikelas ku begitu, tipe laki-laki yang entahh mau jadi apa di masa depannya wkwk. Di tugasi ini itu mau-mau saja, tapi h-1 atau terkadang di hari H nya, dengan muka yang minta ditampol dia nanya "eh, bagian gue yg ini? yah gue belum ngerjain" oke BHAY buat lelaki yang macam gini. Aku fikir nggak akan lagi menemukan orang kaya gitu setelah lulus kuliah, ternyata di dunia ini masih banyak orang yang minim akan rasa tanggung jawab dan lebih suka mengandalkan orang lain, padahal sikap seperti itu sangat fatal dan merugikan.
Sudah jalan 2 Bulan aku menjadi bagian bahasa, program kami pastinya adalah membuat para santri percaya diri untuk berbicara dan menyukai bahasa arab dan inggris. Diawal semester kami bekerjasama dengan salah stu lembaga kursus besar, namun bukan dengan pusatnya tapi dengan cabangnya yang menurutku belum profesional. Mereka ingin membuka kursus dan menjadi coach untuk pengajar santri baru dan santri yang ingin mengikuti dikenakan biaya yang cukup murah. Namun untuk level pondok ku, jarang sekali kami meminta iuran untuk kursus bahasa. Jadi bisa dibilang iuran kursus tahun ini adalah yang kali pertama kita pintai.
Awalnya aku dan team setuju dan anak-anak pun banyak yang berminat meskipun berbayar, itu bukan lah suatu alasan buat mereka gak ikut kursus di padatnya kegiatan. Yang jadi masalah adalah kata kerjasama itu berubah menjadi dikerjai. Mereka bergerak ketika kami sudah selesai, mulai dari mencari pengajar, mendata bahkan hingga pembayaran dan pembagian kelas beserta absennya. Sudah berapa kali rapat membahas hal ini dan mereka hanya menerima laporan, kemudian melapor pada atasan jika ada yang tidak sesuai dengan harapan mereka tanpa konfirmasi dulu ke kami. Padahal kami sudah bekerja semaksimal mungkin, padahal kami tidak mendapat apa-apa dari itu, padahal ini di luar jam kerja kami namun kami memiliki dedikasi yang tinggi untuk memajukan pondok tentunya.
hal yang selalu aku tidak suka. Ketika ada alumni yang mengajak kerjasama selalu saja merugikan pihak pondok maupun fasilitator dari pondok, salah satu team lembaga kursus itu adalah alumni dari pondok kami. Seharusnya ketika dia bekerja sama dengan pondok berikanlah yang terbaik tanpa berfikir materi, ketika sudah ikhlas insha Allah pintu rezeki akan terbuka dari arah manapun. Mungkin menurut kacamata orang diluar sana, pondok pesantren merupakan ladang bisnis atau rezeki karna memiliki beribu-ribu santri, maka banyak orang yang memanfaatkan nya. tapi maaf kami sebagai seorang pengabdi tidak pernah berfikir sereceh itu.
Yang membuat aku kesal dan kecewa, tadi siang beliau bilang pengajar kumpul sore hari, habis ashar beliau wa "jadi besok kan coach?" what the maksut -_-. Padahal pengajar sudah kumpul dari jam 4 dan dia datang jam 5 sore, itupun karna aku bilang mereka sudah kumpul sesuai perintah ust sore hari ini bukan besok. ketika seharusnya beliau datang untuk mengcoach para pengajar karena besok sudah mulai kursus, beliau hanya briefing dan memberi 8 lembar langkah-langkah entah apa itu. Tidak membagikan materi untuk kelas prebeginner dllnya, sepertinya beliau belum siap, dan ini membuat si pengajar bingung. Apakah besok diisi dengan pengenalan? Sedangkan anak-anak sudah tau mengenai kursus ini. Kata "Pengenalan" dalam kelas memiliki arti yang sama dengan "ketidaksiapan" bukan begitu? Para pengajar pun mengeluh dengan jawaban-jawaban ketidakpastian dari beliau ketika ditanya ini itu -_-. Semoga kami termasuk orang bisa mengemban amanah dengan sebaik mungkin dan ikhlas.
Comments
Post a Comment