Kemarin aku bbman sama rinrin, membahas masalah kopi. Entah kenapa setiap kali bbman dengan onye satu ini bahasa kita berubah menjadi sok sastra tapi belepotan. Anak kosan yang suka makan mie, anak ekonomi syariah yang anak muda banget ini membahas kopi versi asmara. ahh... dasar anak muda!! :D "Kopi yg pait bisa ditambahkan gula tergantung bagaimana kita meraciknya, kadang kopi lain yg kita anggap manis tidak selamanya nimat"
Tapi aku nggak setuju kalo kopi pahit ini adalah asmara, lalu diracik. Asmara itu bukan kopi pahit, asmara itu kopi dengan gula, dimana ketika kamu terburu-terburu dan tidak rata mengaduknya terkadang ia akan terasa sedikit pahit. Kalo hanya pahit saja, itu bukan asmara namanya.
Suatu hubungan yang tidak sehat, untuk apa dipertahankan? Suatu hubungan yang tidak sehat itu jangan dipelihara!! Sekalipun tak selamanya asmara itu manis, setidaknya ia tidak seperti kopi pahit yang melekat lama. Perlu berapa tegukan lagi hingga kau menemukan rasa manis itu? Tinggalkan dan buatlah kopi dengan gula yang pas. Lalu hiruplah aromanya dan nimati.
beda halnya kopi versi film rectoverso, di film itu.seorang lelaki peni`mat kopi berkata "menimati kopi pahit itu mengajarkan kita, bahwa ada yang lebih pahit lagi dari pada kehidupan" kira-kira begitu, aku tidak begitu hapal dengan kutipannya.
Ada beberapa yang berpendapat, penimat kopi pahit adalah ciri-ciri orang yang menghibur diri dari masalahnya. Apakah ia menimati kebahagian dari setiap tegukannya? Entahlah, mungkin hanya sedikit mengobati. Tapi kusarankan, cobalah kopi dengan beberapa sendok gula. Agar kau bisa merasakan manis di sela-sela kehidupan pahitmu.
Menurut ku, buat apa meni'mati kopi pahit, jika ada yang lebih manis. buang-buang waktu saja. Kalimat ini majas dari bersedih itu wajar, yang nggak wajar itu berlarut-larut dalam kesedihan. Kopi pahit itu ibarat kesedihan, apakah kamu masih tetap ingin meni'matinya? Lidah saja enggan.
Comments
Post a Comment