Setiap ibu baru pastinya punya rasa khawatir yang berlebih terhadap kondisi bayinya, maklum pengalaman pertama, makanya ada istilah baby blues. Bahkan baby blues nggak cuma dialami oleh ibu baru, ibu yang sudah mempunyai beberapa anak juga ada yang masih mengalaminya. Wajar saja sih karena banyak perubahan yang terjadi, entah itu karena kondisi badan yang belum fit, luka bekas jahitan yang masih terasa sakit (mau duduk aja susah, mau pup ditahan2 karena takut sakit wkwk), puting lecet sampai bernanah/berdarah, waktu tidur yang makin singkat, belum lagi komentar orang yang bikin nambah stress dan kerepotan lainnya. Menurutku setiap ibu pasti mengalami baby blues, hanya saja yang membedakannya berapa lama waktu yang mereka lalui sampai kembali ke kondisi normal lagi.
Hal-hal yang menyebabkan baby blues bagi new mom biasanya karena asi yang juga belum keluar, otomatis babynya nangis karena kehausan dong, yang asinya langsung keluar saja babynya ada yang nangis terus, ya ga? Wajar si bayik-bayik mungil itu menangis meski sudah diberi asi. Mungkin mereka "kaget" dengan hal baru yang nggak mereka temui selama di rahim. Rahim itu kan hangat, nyaman dan tentram ceunah, lalu mereka harus beradaptasi dengan suasana baru . Sebenarnya ibu dan bayi sama-sama belajar. Ibu belajar memahami apa keinginan bayi, biasanya intuisi ibu itu kuat loh. Aku baru merasakan oh iniloh "intuisi" ketika menjadi ibuk, huhu terharu. Bayi pun begitu, mereka belajar cara mengisap asi, belajar mengejan, dan banyak hal lain yang bikin ibu terharu setiap melihat perkembangan bayinya.
Setelah melahirkan, aku nggak langsung merasakan baby blues karna alhamdulillah asiku keluar dengan lancar dan nala masih terbilang anteng, hampir semua orang yang menjenguk berkomentar begitu (Haha ternyata tidak semudah itu). Setelah 2 minggu berlalu, nala mulai menampakan "keasliannya" sebagai seorang bayi manusia wkwkw. Reweelll, nggak mau ditaro di kasur, maunya nen terus, kadang sudah dikasih nen pun juga masih menangis, puting dilepas, diemut, digigit (lumayan sakit rasanya, meski dia belum bergigi wkwk) katanya selama suhu badan bayi masih terbilang normal jangan khawatir kalo mereka rewel begitu. Nah, makanya penting banget nih buat ibuk2 punya yang namanya termometer untuk cek suhu badan bayinya sesekali kalau dia lagi rewel.
Ngomongin masalah termometer aku jadi ingat 2 hari setelah melahirkan, nala masuk RS karena kebodohanku huhu. Meski nala nggak sampai di rawat inap, tapi hatiku hancurrr sekali. Bayi mungilku yang masih merah itu harus cek lab dan diambil darahnya. Nah, saat itulah baru aku menangiss (saat persalinan sama sekali nggak keluar air mata masa wkwk). Jadi, sebagai ibu baru waktu itu aku nggak tega untuk membangunkan bayiku yang tertidur pulas, meski sudah dibangunkan dan dicoba disusui dia tetap menolak sampai menutup mulutnya rapat2 karena saking ngantuknya mungkin hihi. Padahal aku tahu bayi baru lahir harus sering disusui per 2 atau 3 jam sekali, asikupun sudah keluar jadi seharusnya ia tidak kekurangan asi. Nah, disitu intuisi ku untuk pertama kalinya "bekerja". Hari itu tiba-tiba nala menangis terus, sudah dikasih susu tapi dia menolak, aku terus mencoba menyusuinya dengan tetap tenang, meski hatiku mulai khawatir. Aku pegang pahanya, ternyata hangat. Intuisi ku mengatakan untuk segera membeli termometer. Benar saja suhu badannya mencapai 38,7 derajat. Pantas saja dia tidak mau menyusu, mungkin nggak enak badan. Saat itu juga aku langsung pergi ke rumah sakit terdekat, aku tetap berusaha menyusui nala sembari mengecek suhu badannya yang mulai menurun. Sampai di rumah sakit aku cek kembali suhu badannya, alhamdulillah sudah turun ke 37 derajat. Mungkin karena Ac dirumah sakit sangat dingin.
Dokter memeriksanya dengan seksama dan bertanya berapa jam sekali aku menyusuinya dan berapa kali nala buang air kecil. Kata dokter nala kuning dan sudah sampai ke kakinya jadi ia harus cek lab. Aku khawatir bukan main, apalagi kata dokter kalo hasilnya positif dia harus dirawat inap. Ibu mana yang tega melihat bayi baru 2 hari sudah diambil darahnya untuk memastikan bilirubinnya normal, bahkan suster yang mengambil sample darahnya saja kesulitan menemukan pembuluh darah nala. Aku menunggu hasil lab selama satu jam, Alhamdulillah hasilnya negatif. ternyata nala hanya dehidrasi, tidak sampai kuning huhu (dokternya bikin kaget kan ya). tapi ada hikmah dari kejadian itu, aku jadi diajari dokter cara menggendong dan menyusui yang benar, sehingga alhamdulillah putingku tidak pernah lecet, hanya kadang terasa nyeri sesekali.
Setelah kejadian itu setiap 2 jam sekali aku menyusuinya, sampai-sampai aku buat alarm. Meski nala masih tidur aku terus mencoba untuk membangunkannya dan menyusuinya sampai dia mau. Ternyata tidak cukup sampai disitu, ada saja hal dan perubahan baru pada nala yang membuat kekhawatiran baru (mamak baru emg lebay yak). Entah itu warna dan tekstur fesesnya, gumoh yang semakin hari semakin banyak (tapi skrg alhamdulillah sudah jarang dan gak banyak), cegukan, batuk, bersin, ganti kulit, ruam popok, bintik-bintik merah pada kulit, cradle cap, mengulet dan mengejan. Setiap perubahan ataupun hal baru yang ia tunjukan, aku langsung searching. Terkadang hasil artikel yang ada malah membuatku tambah khawatir, menurutku pokoknya selama suhu badan bayi dibatas normal dan ia tidak rewel insha Allah bayi baik-baik saja. Awalnya aku khawatir sekali melihat nala yang gumoh terus meskipun sudah disendawakan atau digendong dengan posisi berdiri sambil di puk-puk kecil punggung atasnya, alhamdulillah sekarang sudah berkurang gumohnya. Begitupun saat ia terus mengejan sampai mukanya memerah, ternyata ia sedang belajar dan beradaptasi dengan pencernaannya. Disitu pula intuisiku terhadapnya "bekerja" lagi, mungkin karena capek mengejan dan sudah mengantuk nala jadi menangis, aku menenangkannya sambil mengajaknya berkomunikasi "Nala kenapa? Mau pup susah ya? Sini bunda bantuin caranya" lalu aku mempraktekan cara mengejan. "Nala kalo mau pup, pup aja ya. Nanti bunda bersihin setelahnya ya" lanjutku lagi. Dan benar saja dong dia langsung pup dengan suara pup bayi yg khas (ini waktu pupnya masih encer wkwk) , mukanya langsung terlihat lega dan senang (lucu bgt si bayikkk).
Masalah pencernaan pada bayi memang selalu bikin khawatir. Awalnya nala pup setiap hari, tekstur dan warna fesesnya pun bermacam-macam. Setelah usianya mencapai satu bulan nala jadi jarang sekali pup, aku sebagai bundanya semakin khawatir, apalagi perutnya terlihat tidak membesar seperti biasanyanya kalau dia belum pup. 3 hari aku menunggunya bab dengan harap cemas, nala masih terus mengejan setiap harinya sampai mukanya memerah, kasihan sekali melihatnya. Sampai di hari ke 4 akhirnya nala pup dengan tekstur feses terbarunya wkwkw. Sebelumnya tekstur fesesnya kecil seperti berbiji, kini menjadi seperti pasta gigi/krim hahah. Wajar saja ya dia terlihat kesuliatan. Pupnya pun makin buuuanyakkk, aku senang bukan main meskipun baunya semerbakk sekali haha. Sebahagia itu ya melihat anak pup hahaha, definisi "bahagia itu sederhana" yg paling hakiki kayanya wkwkw.
Intinya, sebagai seorang ibu baru jangan punya rasa khawatir yang berlebih karena baby kita juga bisa merasakannya. semakin ibunya khawatir, tangisnya malah semakin pecah. Alhamdulillah akhir-akhir ini aku sudah jarang khawatir. Setiap ada hal/perubahan baru pada nala aku tetap searching sih, tapi sekarang lebih sering bertanya pada teman yang berprofesi bidan atau pada teman yang mempunyai baby berumur tidak jauh dari nala.
Pokoknya indah banget jadi seorang ibu, aku banyakkk banget belajar hal baru dan lebih banyak bersyukur juga. menurutku anak itu adalah karunia terindah dari Sang Khalik. Capek si capek merawatnya (baru jadi ibu sebulan padahal wkwk), kalo baby nangis terus ibunya pengen ikutan nangis deh rasanya wkwk. Tapi aku selalu ingat kalau semua ini adalah ladang pahala buatku. Dulu sebelum menikah dan mempunyai anak, aku selalu berfikir bisa gak ya jadi ibu yang kayak begini dan begitu, pokoknya definisi ibu hebat/sempurnalah. Tapi setelah menjalaninya meski baru seumur jagung, aku tidak lagi memusingkan bagaimana caranya untuk menjadi seorang ibu yang hebat/sempurna. Aku hanya ingin menjadi ibu yang bahagia, yang bisa menjaga moodnya dengan baik. Menurutku keluarga yang baik itu terlahir dari IBU yang BAHAGIA. Kenapa ibu harus bahagia? Karena psikolog ibu sangat berpengaruh untuk si anak dan keluarganya. Makanya ada ibu yang sampai tega menganiaya/membunuh bayinya (Naudzubillah, jauhkan ya Allah) ya karena psikolognya terganggu, dia stress harus mengurus banyak hal, bayangkan seorang IRT yang 24 jam di rumah (pasti sumpek banget rasanya), pun seorang working mom setelah bekerja harus tetap menjadi "ibu" yang mengurus pekerjaan "domestiknya" (kalau dipikirin pusing juga ya jadi ibu, tapi karena ia bekerja pakai hati jadi semuanya bisa teratasi juga). Nah, disini peran suami sangat diperlukan. Ini PR buat para SUAMI, BAHAGIAKANLAH ISTRIMU!!! (harus bgt caplocks ya haha). Gak cuma dengan materi loh ya, bisa dengan inisiatif dari hal-hal kecil. Kayak main sama anak, gantiin popoknya, ikut beberes rumah, mijitin istri yang lagi menyusui, nggak lupa bilang makasih (2 terakhir udo banget wkwk) karena ngelakuin hal-hal tersebut itu lebih penting ketimbang nanya "kamu capek ya?", "udah tau capek pake nanya lagi" (paling gitu dalam hati istrinya wkwk), sesekali belanjain atau ngajak makan di luar juga boleh haha...
Sekian curhatanku, new mom can relate bukan? Kalau pengalaman teman-teman bagaimana? Wkwk SEMANGAT YA BUN!!! semoga nanti bisa share hal lainnya selagi anak tidur hihi. See yaaa..
Comments
Post a Comment