Bulan lalu bapak berkunjung ke pesantrenku sendirian. kami mengobrol banyak, mulai dari keadaan rumah, pekerjaan baru kakak, masa depan adik dan pastinya harapan bapak untuk ku dan anak-anaknya. aku hanya menyimak, tidak bercerita apapun. bapak memang suka mengobrol dan memberi arahan. tapi hari ini obrolan kami lebih serius dari biasanya. maka dari itu aku menulisnya sebagai pengingat.
kalau ada yang bertanya, dari siapa cita-cita dan harapan itu datang? Maka akan aku jawab dengan tegas, dari keluarga ku lah cita-cita tinggi itu muncul dan bersemayam menjadi harapan, bukan dari lingkungan ku bukan pula dari teman-temanku. yang ku tahu hampir semua teman-teman bilang, setelah lulus S1, mereka ingin menikah. tapi tidak ku temukan kata-kata itu dalam keluarga ku. aku pernah mendengar kakak pertama ku bilang "aku mau menikah, tapi nanti siapa yang membantu mamah dan bapak cari uang" padahal umur teteh sudah pantas untuk menikah. kaka sebelum ku pun bilang "harus S2 kalo bisa di luar negri!! di keluarga ini belum ada yang sekolah tinggi, harus merubah keturunan dan membanggakan orang tua"
bagaimana aku tidak ikut bersemangat? keluarga ku lah bara apa itu, pembakar semangat untuk tidak hanya sekedar bermimpi tapi mengubahnya menjadi target yang harus ditaklukan. apalagi setelah bapak memberiku arahan, katanya "harapan bapak dari anak-anak, kamu dan teh devi lah yang bisa melanjutkan S2 nya. biar abang fokus bekerja dan teteh bisa segera menikah" ah bapak, aku tidak tau cara mewujudkannya tapi aku akan selalu berusaha jadi anak yang baik dan membanggakan.
sebelum pamit pulang, bapak bilang prinsip hidup itu ada 2, bekerja dan berdoa. berusaha lalu berserah diri kepada Allah, sang maha penciptalah yang menentukan balasan atas segala usaha kita. bukankah bekerja tanpa berdoa itu sombong namanya dan sebaliknya berdoa tanpa bekerja akan menjadi sia-sia. semoga postingan ini bisa menjadi penyemangat dan pengingat untuk ku membahagiakan orang tua.
Comments
Post a Comment