entahlah sejak kapan. aku cenderung malas menuliskannya, malas terlihat lemah. kenapa perempuan begitu melankolis? aku ingin terlihat selalu merah, dalam keseharian maupun tulisan. tapi aku meni'mati kata-kata sendu, kadang itu yang menenangkan hati. aku enggan jujur!!! aku ingat percakapan 2 tahun lalu. waktu itu aku baru selesai les matematika, datang ke kamar dengan lampu yang setengah padam, teman-teman sudah tidur. hampir setiap hari selalu begitu, sampai jam 11 malam menghabiskan BASO SAPI (Baca: bahas soal sampai pintar). sepanjang perjalanan sebelum sampai kamar aku mengobrol dengan lala, sampai di kamar obrolan kami semakin panjang. obrolan ngalor-ngidul hingga membahas tentang perasaan lalu buku curhat. apapun diobrolkan waktu itu.
ia bertanya kepadaku "rin, setiap malam nulis di buku curhat. memang setiap hari harus ada yang diceritakan yah?" aku tersenyum "tentu, menurutku setiap hari adalah cerita, itung-itung latihanlah" kami berdua tertawa. aku balas bertanya mengapa ia tidak pernah terlihat menulis atau sekedar curhat di buku belakang latihan soal. jawabnya sedikit membuatku mengerutkan kening, hingga saat ini kalimat itu masih melekat. lala berfikir, dia tidak bisa menulis buku diary, dia tidak ingin jujur terhadap dirinya sendiri, kadang ketika putus asa kita dengan mudah menuliskannya. namun menurutnya itu sangat sulit. dia tidak ingin jujur bahwasannya ia sedang berputus asa. begitu juga ketika jatuh cinta atau perasaan apapun yang dia alami setiap harinya.
dulu menurut ku itu alasan yang tidak logis, bilang saja malas menulis. padahal menulis diary itu penting. kita tidak tahu, 10 tahun kedepan bisa saja kita menjadi orang besar. teringat pak dahlan iskan yang suka menulis diary, pak habibie dan segelintir orang hebat lainnya yang tak pernah luput dari menulis . lalu dari catatan harian itu beberapa penggal kisah bisa dijadikan buku atau novel dan dinimati banyak orang.
tapi sudah beberapa minggu belakangan ini, aku tidak menulis. entahlah, bagiku alasan lala menjadi logis untuk sekarang ini. ya Tuhan.... apakah ini sebuah penghiatan??? "penulis, This is must be me!!" kata-kata itu menyesakkan dada. sudahlah sekarang waktunya berjanji "KALAU AKU TIDAK MENULIS APAPUN DALAM SEHARI, HUKUMANNYA NGGAK BOLEH MEGANG HP!!!!" kembali semangat lagi ((^^)9
ia bertanya kepadaku "rin, setiap malam nulis di buku curhat. memang setiap hari harus ada yang diceritakan yah?" aku tersenyum "tentu, menurutku setiap hari adalah cerita, itung-itung latihanlah" kami berdua tertawa. aku balas bertanya mengapa ia tidak pernah terlihat menulis atau sekedar curhat di buku belakang latihan soal. jawabnya sedikit membuatku mengerutkan kening, hingga saat ini kalimat itu masih melekat. lala berfikir, dia tidak bisa menulis buku diary, dia tidak ingin jujur terhadap dirinya sendiri, kadang ketika putus asa kita dengan mudah menuliskannya. namun menurutnya itu sangat sulit. dia tidak ingin jujur bahwasannya ia sedang berputus asa. begitu juga ketika jatuh cinta atau perasaan apapun yang dia alami setiap harinya.
dulu menurut ku itu alasan yang tidak logis, bilang saja malas menulis. padahal menulis diary itu penting. kita tidak tahu, 10 tahun kedepan bisa saja kita menjadi orang besar. teringat pak dahlan iskan yang suka menulis diary, pak habibie dan segelintir orang hebat lainnya yang tak pernah luput dari menulis . lalu dari catatan harian itu beberapa penggal kisah bisa dijadikan buku atau novel dan dinimati banyak orang.
tapi sudah beberapa minggu belakangan ini, aku tidak menulis. entahlah, bagiku alasan lala menjadi logis untuk sekarang ini. ya Tuhan.... apakah ini sebuah penghiatan??? "penulis, This is must be me!!" kata-kata itu menyesakkan dada. sudahlah sekarang waktunya berjanji "KALAU AKU TIDAK MENULIS APAPUN DALAM SEHARI, HUKUMANNYA NGGAK BOLEH MEGANG HP!!!!" kembali semangat lagi ((^^)9
Comments
Post a Comment