Kali ini tentang
anak-anak perpus yang ceria, ini bukan berlebihan. Tapi mereka memang anak-anak
dengan stok senyuman yang tak akan pernah habis. Ya bagian perpus yang sekarang
aku tangani mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, setiap kali kumpul
dengan lizard aku jadi ingat teman-teman slytherin. Dhiya yang cerewet persis
madinah, vina yang rempong tapi punya pemikiran cemerlang seperti ka pencot,
widad yang pendiam seperti eha, zami yang berlebihan seperti suci, irma yang
tomboy seperti itong, kholil yang kalem enggak tau kyak siapa :D, PD yang lola
tapi pinter dan si malu-malu kucing vamia.
Aku merasa di dengar
ketika berkumpul dengan mereka, sapaan polos mereka, teriakan aneh mereka,
obrolan yang panjang terasa sebentar. mereka menanyakan apapun, mereka sangat
aktif berbincang, namun kadang seperti anak-anak yang sedang mendengarkan
dongeng. Mereka memang tidak bisa di bilang anak yang rajin. Walaupun harus
disuruh, namun mereka adalah anak-anak yang patuh. Setiap kumpul, aura bahagia
itu seperti muncul. Bahkan hingga malam kita masih sering berbincang. Tertawa
untuk hal-hal yang sederhana, kadang obrolan kami ngalor-ngidul mulai dari sebuah gosip, curhatan dan cerita-cerita ku.
Aku seperti kembali
pada 1 tahun lalu, dimana ada yang mendengarkan dan di dengarkan. Aku
merindukan obrolan-obrolan dengan teman ku, dengan siapapun yang ada di kamar
pengurus, aku merindukan semuanya. Kejutan yang lizard buat ketika ulang tahun
ku membuat aku tersenyum, walaupun sederhana tapi ini membuat kita semakin
close.
Back to slythetin, aku
merindukan masa itu, walaupun penuh dengan perdebatan panjang. Aku yang suka
ngatur dan mudah marah, Eha yang parno setiap malam, ka pencot yang kadang
males, suci yang lebay banget, madinah yang suka tidur-tiduran, itong yang
jorok, tante yang rempong, echa yang berisik. Mereka benar-benar teman yang
hebat. Dulu hampir setiap malam, setelah bell tidur berbunyi, kami berkumpul di
perpus, tidak ada obrolan, kami berkutat dengan buku masing-masing, lalu yang
paling menyebalkan di pertengahan malam eha membangunkan ku karna rasa parno
nya yang akut. Setiap sholat jumat, perpus menjadi tempat andalan, tanpa
mengganti baju sekolah, sebuah karpet di gelar dan buku dari rak-rak nya kita
keluarkan dan dijadikan list untuk di baca siang itu. kadang terlalu betahnya
di perpus kami jadi sholat berjamaah disana :D atau menciptakan restaurant
karna malas untuk meninggalkan buku-buku yang mulai teriak karna belum di baca
juga.
Karna kami adalah
anak-anak yang penuh dengan keeksisan :D, perpus kami rubah, dengan menempelkan
nama-nama dan foto-foto, ini memang gila, seperti kamar pribadi. tapi tenang,
kami masih tetap bertanggung jawab atas program kerja yang telah dibuat. Aku
juga ingat list-list buku yang membuat panas. Kami sengaja menempelkan kertas
pada lemari dan menulis nama masing-masing beserta buku yang telah di baca.
Semuanya ingin yang paling banyak membaca buku. Keinginan itu sirna ketika
perpus telah aktif dan di buka, tak ada lagi kesempatan untuk membaca, kami
sibuk dengan pendataan buku, peminjaman dan kunjungan. Tapi di hari-hari
berikutnya kami sering berdebat mengenai isi buku, ini adalah moment yang
paling aku rindukan, jika ada satu org yang tidak suka dengan buku itu lalu
kami berdebat panjang.Semua kenangan yang rasanya lebih dari nano-nano ini
begitu berharga.
Kalau kalian mendengar kata, perpustakan atau
buku. aku yakin kalian akan menyangkut pautkannya pada ke seriusan, ke
angkeran, atau sebuah kaca mata tebal. Tapi tidak untuk perpustakaan kami.
Comments
Post a Comment